4 Cara Belajar Anak dan Bagaimana Mengarahkannya

    Cara Belajar  Anak berbeda satu dengan lainnya. Ada yang lebih memilih belajar lewat mendengarkan, ada yang justru lebih tertarik belajar dengan hanya melihat gambar-gambar, ada yang semangat belajar jika bersentuhan langsung dengan objeknya, dan tidak sedikit pula yang memilih model belajar dengan selalu melibatkan fisiknya alias sambil bergerak ke sana kemari.

    Tidak ada yang salah dengan Cara Belajar  Anak. Masing-masing Cara Belajar  Anak memiliki keunggulan dan kekurangan. Tugas Anda sebagai bundanya adalah mengarahkan anak agar menikmati proses belajar mereka, apapun pilihan Cara Belajar  Anak bunda.

    Secara umum, ada 4 gaya Cara Belajar  Anak, yakni visual, auditori, taktil, dan kinestetik. Seperti apa masing-masing Cara Belajar  Anak tersebut? Dan si kecil termasuk tipe dengan Cara Belajar  Anak seperti apa? Cari tahu lebih dalam tentang Cara Belajar  Anak bunda, yuk!

    Cara Belajar Anak Yang Perlu Bunda Ketahui:

    1.   Cara Belajar  Auditori

    Anak auditori cepat mengerti dalam mempelajari sesuatu hanya dengan mendengarkan. Cara Belajar  Anak ini cocok untuk mereka yang suka menghafal. Anak dengan Cara Belajar  Anak auditori sangat mudah menyerap atau merekam apa yang mereka dengarkan, termasuk cerita, dan ia sangat mampu menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri.

    Ciri Cara Belajar  Auditori:
       
    * Mudah mengingat kata-kata dari cerita atau lagu yang didengarnya.

    * Dapat mengikuti arahan dengan mudah.

    * Mampu mengulangi frasa atau komentar yang didengarnya.

    * Senang dibacakan apapun, termasuk buku cerita.

    * Sangat senang mengkomunikasikan ide-idenya secara verbal.

    * Sangat tertarik dengan kegiatan yang berbau diskusi atau debat.

    * Menikmati pola pembelajaran dengan anekdot atau

    * Menyukai seni musik.

    * Tidak tertarik membaca buku, namun senang jika dibacakan.

    * Sangat mudah menyerap informasi verbal, meski kelihatannya ia tidak memperhatikan (anak dengan Cara Belajar  Anak auditori terkadang tampak cuek saat ada yang berbicara, namun di luar dugaan ia mampu mengulangi informasi yang didengarnya).

    Kelemahan Cara Belajar  auditori:
       
    * Sulit konsentrasi di tempat ramai. Anak dengan Cara Belajar auditori membutuhkan tempat yang sangat tenang untuk dapat fokus belajar dan berkonsentrasi.

    Bagaimana mengarahkannya?
       
    * Sering-seringlah berkomunikasi, karena anak dengan Cara Belajar auditori sangat senang mendengarkan. Semakin sering bunda mengajak anak dengan Cara Belajar  Anak auditori berbicara atau berdiskusi, semakin banyak informasi yang direkamnya.

    * Sering-seringlah membacakan buku cerita atau bahkan dongeng karangan bunda sendiri. Anak dengan Cara Belajar  Anak auditori akan senang menceritakan kembali apa yang baru saja didengarnya.

    * Anak dengan Cara Belajar auditori cenderung mudah menghafal lirik lagu. Karena itu, bunda bisa memutarkan lagu anak-anak setiap hari untuk mengajarinya hal baru, misalnya tentang warna, huruf, atau suara-suara hewan. Dengan begitu, diharapkan setiap hari anak dengan Cara Belajar auditori akan mendapatkan pelajaran baru lewat lagu-lagu yang didengarnya.

    * Karena anak dengan Cara Belajar auditori memerlukan tempat tenang untuk dapat fokus belajar, maka ketika ia berhadapan dengan keramaian saat belajar, bunda dapat membantunya dengan memutarkan musik klasik yang lembut untuk mengimbangi suara-suara berisik di sekitarnya.

    2.   Cara Belajar Visual

    Anak dengan Cara Belajar  Anak visual mudah menyerap informasi atau memahami sesuatu dengan melihat. Ia bisa memaksimalkan kemampuannya hanya dengan memperhatikan gambar atau apa yang dilihatnya.
       
    Anak yang memiliki Cara Belajar  Anak visual akan semangat jika diberi kesempatan presentasi menggunakan gambar-gambar. Mereka juga antusias dengan diagram-diagram ataupun mind-mapping.
       
    Cara Belajar  Anak seperti ini juga cocok untuk mereka yang mempelajari bahasa dengan menggunakan simbol, seperti bahasa Mandarin, Jepang, atau Arab.

    Ciri Cara Belajar  Visual:
       
    * Mudah terpesona dengan gambar-gambar, ilustrasi, tayangan televisi, atau video.

    * Mudah mengingat cara orang lain melakukan sesuatu.

    * Sangat cepat mengenal bentuk, warna, dan huruf.

    Kelemahan Cara Belajar Visual: 

       
    * Harus tenang saat belajar

    Bagaimana Mengarahkannya?
       
    * Rangsang kemampuan si kecil yang memiliki Cara Belajar visual dengan memberikannya buku-buku bergambar.

    * Putarkan tayangan televisi atau video-video edukasi, sehingga ia memperoleh topik-topik baru untuk dikembangkan dan dipelajari.

    * Tunjukkan lewat gerakan ketika mengajari anak dengan Cara Belajar visual. Tujuannya, tentu saja supaya dia lebih mudah memahami.

    * Buat mural atau kolase saat mengajarinya belajar agar dia lebih tertarik.

    * Buat chart dengan foto atau gambar saat mengajarinya melaksanakan tugas rumah tangga harian, seperti membantu menyapu, melap meja, merapihkan kasur, atau membereskan mainannya.

    3.   Cara Belajar Taktil

    Anak yang memiliki model belajar taktil memahami atau mempelajari sesuatu dengan menyentuh. Ia harus merasakan dan menyentuh sesuatu agar dapat memahami cara kerja objek yang sedang dipelajarinya.

    Ciri Cara Belajar Taktil:
       
    * Menyukai objek yang memiliki tekstur dan ukuran menarik, dan senang bermain balok.

    * Merasa perlu merasakan dan menyentuh langsung saat mempelajari sebuah objek, termasuk untuk memahami gagasan-gagasan abstrak. Misalnya, nih, untuk mengerti seberapa dingin sih "dingin sekali" itu, anak dengan Cara Belajar  Anak taktil merasa perlu menyentuh es batu untuk bisa merasakannya.

    Kelemahan Cara Belajar Taktil:
       
    * Kesulitan mengikuti arahan untuk tugas tugas yang kurang familiar.

    Bagaimana Mengarahkannya?
       
    * Perkenalkan tugas-tugas atau benda-benda baru, kemudian biarkan si kecil dengan Cara Belajar taktil ini mencobanya sendiri.
    * Beri si kecil benda dengan bentuk menarik dan cukup kokoh untuk menopangnya berdiri hingga dipegang secara intensif.
    * Berikan berbagai jenis puzzle dan table games.
    * Ajari si kecil membuat bentuk atau menulis huruf dengan jarinya di atas pasir atau tepung. Bisa juga dengan mengajaknya membuat bentuk dari tanah liat.

    4.   Cara Belajar kinestetik

    Cara Belajar  Anak kinestetik adalah Cara Belajar yang melibatkan fisik maupun gerakan tubuh. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam. Ia senang belajar dengan kegiatan yang melibatkan fisiknya, menggunakan tubuhnya saat mempelajari tempat-tempat ataupun konsep baru. Anak dengan Cara Belajar kinestetik biasanya sangat suka pelajaran olah tubuh, seperti menari, olahraga, drama, atau yang sejenisnya.

    Ciri Cara Belajar Kinestetik:
       
    * Senang bermain peran berdasarkan buku favoritnya, atau menirukan kisah dengan gerakan-gerakan.

    * Menikmati bermain di playground

    * Selalu antusias dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik.

    * Menyukai olahraga.

    Kelemahan Cara Belajar Kinestetik:
       
    * Karena anak dengan Cara Belajar kinestetik sangat suka bergerak, maka ia akan kesulitan jika harus belajar di kelas. Ia tidak akan tahan duduk berlama-lama mendengarkan guru menerangkan di depan kelas. Ia akan bergerak ke sana kemari yang tentu saja akan menyulitkan dirinya berkonsentrasi di kelas.

    Bagaimana Mengarahkannya?
       
    * Saat membacakan kisah kepada si kecil dengan Cara Belajar kinestetik, bunda sebaiknya mengajaknya berpartisipasi dengan memintanya menirukan gerakan-gerakan seperti dalam kisah yang bunda bacakan. Cara semacam ini dapat membantunya lebih memahami dan mengingat isi dari buku favoritnya.

    * Jika bunda ingin memperkenalkan hal-hal baru atau memberi informasi baru pada anak dengan Cara Belajar kinestetik, bunda bisa mencoba menciptakan permainan-permainan gerakan. Misalnya, bunda menggambar huruf dengan kapur di teras rumah. Kemudian mintalah si anak yang memiliki Cara Belajar kinestetik ini untuk melompat ke huruf yang bunda sebutkan.

    * Ajak si kecil bermain role-play.

    * Bersabarlah dengan anak kinestetik. Jangan emosi ketika si kecil tidak bisa duduk manis sebelum satu buku cerita yang bunda bacakan habis.

    Beberapa Cara Belajar Anak Lainnya:

    Selain empat Cara Belajar yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa Cara Belajar lain, yakni Cara Belajar  Anak inovatif, analitikal, common sense learners, dan dynamic learners. Cara Belajar  Anak tambahan ini dikembangkan oleh Bernice McCarthy (1980).

    Seperti apa masing-masing cara belajar yang dimaksud? Berikut rinciannya:

    1.   Cara Belajar Inovatif

    Anak dengan Cara Belajar  Anak inovatif memiliki rasa keadilan sosial yang kuat dan sangat berharap apa yang dikerjakannya bermakna dan mencerminkan nilai-nilai mereka. Si pembelajar inovatif menikmati interaksi sosial dan senang bekerja sama dengan orang lain.

    2.   Cara Belajar Analitikal

    Pembelajar analitikal biasanya menyukai aktivitas belajar yang berdasarkan fakta-fakta dan selalu membutuhkan waktu cukup panjang untuk merefleksikan aktivitas cara belajar mereka. Anak dengan Cara Belajar  Anak analitikal seperti ini juga ingin apa yang mereka kerjakan memberi manfaat bagi dunia.

    3.   Cara Belajar Common Sense Learners

    Anak dengan Cara Belajar  Anak common sense learners sangat praktikal dan tertarik melakukan sesuatu dengan gerakan. Mereka menikmati aktivitas belajar yang memiliki aplikasi praktik. Pembelajar common senseini rata-rata juga memiliki Cara Belajar  Anak kinestetik.

    4.   Cara Belajar Dynamic Learners

    Dynamic learners menggunakan insting mereka untuk memandu apa yang mereka lakukan. Anak dengan Cara Belajar dynamic learners ini juga mahir mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Pembelajar tipe ini secara alami penuh keingintahuan dan selalu berusaha mencari makna di balik suatu konsep.

    Memahami Cara Belajar Anak Anda

    Nah, sekarang perhatikan anak Anda. Cara Belajar  Anak yang manakah yang dimiliki buah hati Anda? Jangan panik ya bun, jika si kecil ternyata sulit dalam mengeja atau tidak bisa diam saat belajar. Sebab setiap anak itu unik dan memiliki Cara Belajar  Anak yang berbeda-beda.

    Setiap anak belajar dengan cara yang tidak sama. Dan menurut pakar, mencari tahu Cara Belajar  Anak Anda dapat membantunya meraih keberhasilan akademik. Bagaimana caranya? Berikut tipsnya, step by step.

    1.   Kenali kelebihan Anak

    Menurut Mel Levine, M.D, dari All Kinds of Minds, sebuah institut studi perbedaan pembelajaran nonprofit, orang tua sebaiknya membuka mata dan telinga lebar-lebar untuk mengetahui Cara Belajar  Anak mana yang paling tepat.
       
    "Beberapa anak senang menyentuh, sementara yang lain hanya belajar lewat bahasa dan pandai membaca," kata Levina, profesor pediatri di University of North Carolina Medical School. Ia melanjutkan, sebagian anak lebih bisa memahami sesuatu daripada menghafalnya. Levine juga menyarankan, orang tua mulai mengevaluasi Cara Belajar  Anak pada usia 6 atau 7 tahun. Cara Belajar  Anak diharapkan sudah matang saat anak masuk sekolah menengah (SMP).
       
    Memahami watak anak juga dapat membantu bunda menentukan Cara Belajar  Anak mana yang paling tepat untuk buah hati bunda. Misalnya, apakah si kecil tipe petualang, tipe pemikir, tipe penemu, tipe filsuf, atau tipe pencipta seperti penyair?
       
    "Anak dengan jiwa petualang tentu harus banyak bergerak untuk bisa belajar, sehingga di bangku sepanjang hari tidak cocok baginya," tutur Mariaemma Pelullo-Willis, MS, learning coach di Ventura, California. Justru sebaliknya, lanjut penulis Discover Your Child's Learning Style, anak dengan watak penemu akan selalu punya jutaan pertanyaan, seperti "Kok begini?" atau "Kenapa begitu?"

    2.   Mainkan Kelebihan Anak

    Setelah berhasil mengenali Cara Belajar  Anak Anda, Anda dapat mulai membangun kekuatannya untuk mengimbangi kelemahan belajarnya. Tanpa label, tentu saja.
       
    Misalkan, anak bunda memiliki banyak masalah spasial (kesulitan menggambarkan sesuatu), namun luar biasa dalam bahasa Inggris. Mungkin sebaiknya bunda bisa menyarankannya belajar matematika dengan menempatkan semuanya dengan kata-katanya sendiri. Atau saat ia belajar tentang segitiga sama sisi, bunda bisa memintanya menceritakan seperti apa segitiga sama sisi itu. Intinya, jika anak memang memiliki kekuatan dalam merangkai kata-kata, ia bisa memahami matematika atau pelajaran lain lewat kata-kata pula.
       
    Cara lain untuk mengembangkan potensi anak adalah dengan fokus pada bidang yang ia sukai ( areas of interest). Cobalah membantunya membangun skill akademik di area yang dikuasai anak bunda. Orang tua benar-benar perlu menyokong ketertarikan dan anak, sehingga dia akan menjadi expertdi bidang tertentu yang dikuasainya. Dengan begitu, anak akan lebih percaya diri dan bunda makin memahami Cara Belajar  Anak bunda.

    3.   Perhatikan Cara Belajar Anak di Sekolah

    Kebanyakan sekolah memang cenderung membuat anak duduk manis, mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas. Bagi anak dengan Cara Belajar auditori, tentu hal ini amat menyenangkan. Belajar dengan tenang sambil mendengarkan guru mengajar adalah hal yang disukai anak auditori.
       
    Lalu bagaimana jika anak bunda memiliki Cara Belajar kinestetik? Tentu tidak mudah baginya untuk duduk manis sepanjang hari dan hanya bisa bergerak bebas saat jam istirahat atau pelajaran olahraga. Nah, jika bunda menghadapi situasi seperti ini, tidak ada salahnya jika bunda mencoba berkonsultasi dengan pihak sekolah atau guru kelas. Apakah sekolah mengakomodasi murid-murid dengan Cara Belajar  Anak yang berbeda?
       
    Bicarakan masalah Cara Belajar  Anak bunda dengan gurunya. Berdiskusilah dan carilah solusi untuk masalah tersebut. Namun, kabar baiknya, sekolah zaman nowbanyak yang sudah mengakomodasi berbagai Cara Belajar  Anak sehingga anak nyaman belajar di sekolah. Tidak sedikit juga sekolah yang tidak melulu fokus ke hal-hal akademik, seperti sekolah alam yang sangat cocok untuk anak-anak dengan Cara Belajar  Anak taktil maupun kinestetik.

    Bagaimana dengan anak bunda? Semoga bunda sudah menemukan Cara Belajar  Anak yang paling pas untuk si kecil, ya.


LihatTutupKomentar